PBB: Eropa Harus Belajar dari Indonesia

By Admin

 

nusakini.com - Kunjungan Pelapor Khusus untuk Hak Atas Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Hilal Elver ke Indonesia merupakan momentum pembelajaran bagi negara-negara Eropa tentang bagaimana menjadikan sektor pertanian sebagai tumpuan dalam membangun kesejahteraan, mengentaskan kemiskinan, memuliakan dan melindungi para petani sekaligus mempertahankan kearifan lokal agar tidak tergerus oleh globalisasi sistem pangan dunia.

Apresiasi terhadap berbagai upaya Indonesia, khususnya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam membangun kekuatan dan ketahanan pangan berulangkali ditunjukkan Hilal Elver. Pada pertemuannya dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Gedung Pertanian, Jakarta, Senin (9/3/2018) kemarin, utusan khusus PBB ini kagum dengan berbagai kebijakan Mentan Amran dalam meningkatkan pangan di Indonesia. 

Pada pertemuan tersebut, Hilal Elver mengakui terobosan kebijakan yang diambil seperti pemanfaatan lahan tadah hujan dan rawa, pembangunan embung, sumur dalam dan sumur dangkal merupakan jurus jitu dalam meningkatkan produksi pertanian sekaligus memperbaiki kualitas kesejahteraan petani.

Hilal Elver juga mengapresiasi keberpihakan penuh pemerintah pada nasib petani, utamanya petani sawit yang saat ini menjadi korban atas kampanye hitam yang dilakukan negara-negara Eropa. Setelah mendapat penjelasan dari Mentan Amran terkait dampak yang ditimbulkan oleh kampanye negatif Eropa terhadap kesejahteraan petani sawit dan bagaimana akibat ikutannya seperti terjadinya pengrusakan hutan akibat masyarakat kembali membabat hutan, Hilal Elver bahkan meminta supaya Indonesia terus menanam sawit secara berkelanjutan.

Kekaguman dan apresiasi Hilal Elver tidak berhenti di situ saja, dalam kunjungan lapangannya ke berbagai lokasi untuk melihat langsung implementasi kebijakan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dinilai mampu memberi energi positif dari kemandirian pangan, khususnya hortikultura seperti cabai.

Seperti diketahui, lahirnya kebijakan KRPL ini diinisiasi oleh Menteri Amran, saat harga cabai melonjak tak terkendali beberapa tahun lalu. Ketika itu, Mentan Amran langsung turun menggerakkan rumah tangga (terutama ibu-ibu yang merasakan betul dampak kenaikan harga cabai) untuk ikut menanam cabai di pekarangan rumah.

Berbagai organisasi perempuan seperti ibu PKK, Dharmawanita, IWAPI, Kowani ikut terlibat dalam aksi tersebut dengan bantuan pemerintah menyediakan 10 juta batang gratis. Saat ini telah ada sekitar 1500 desa yang telah menerapkan KPRL.

Di samping memberdayakan rumah tangga untuk mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, KRPL juga merupakah salah satu cara untuk memotong mata rantai suplai. Dalam pelaksanaannya pemerintah memberikan masing-masing 5 pot di tiap-tiap rumah. Dia berharap melalui program KRPL ibu rumah tangga menjadi produktif, menabung, dan menghasilkan sayur yang sehat dan segar. 

Pada kunjungannya ke Dusun Nglambur, Desa Siduharjo, Kecematan Samigalih, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta untuk melihat langsung bagaimana petani muda memanfaatkan lahan terbatas untuk pertanian, Hilal Elver tidak dapat menyembuyikan kekagumannya.

Saat melihat bagaimana petani muda di Yogyakarta masih menpraktikkan pertanian tradisional, Hilal cukup bangga sekaligus optimis.

Menurutnya, ini merupakan pemandangan yang sangat optimis akan masa masa depan pertanian. Dia melihat bagaimana semangat anak-anak muda untuk terus mempraktekkan pertanian tradisional. 

Bahkan Hilal Elver mengatakan, di Eropa, tmasyarakat yang mulai memproduksi makanan di tempat tinggalnya mereka baru saja menjadi tren, sedang di Indonesia hal ini sudah menjadi tradisi lama. Eropa harus belajar banyak dari Indonesia.(eg/mk)